Jumat, 08 Juli 2011

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Pengaruh Pemberian Evaluasi Ulangan Harian terhadap
Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa Indonesia pada Siswa
Tingkat SMP Kabupaten Maros


Muhammad Asdam*

Abstrak: Pengaruh pemberian evaluasi ulangan harian terhadap peningkatan
motivasi belajar bahasa Indonesia pada tingkat SMP merupakan hal yang penting
dikaji. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pemberian ulangan
harian terhadap peningkatan motivasi belajar bahasa Indonesia pada siswa tingkat
SMP di Kabupaten Maros. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pemberian evaluasi ulangan harian berpengaruh positif terhadap peningkatan
motivasi belajar bahasa Indonesia siswa tingkat SMP di Kabupaten Maros. Hal ini
dapat tercermin pada prestasi belajar bahasa Indonesia pada siswa yang selalu
diberikan ulangan harian. Peningkatan prestasi yang dicapai ditopang motivasi
belajar yang memadai. Oleh karena itu, guru diharapkan membiasakan memberikan
evaluasi ulangan harian, mengoreksi secara tepat, dan mengembalikan kepada
peserta didik tepat pada waktunya.

Kata kunci: evaluasi, ulangan harian, dan motivasi belajar


1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pesatnya arus globalisasi saat ini menyebabkan perubahan pada berbagai
aspek kehidupan yang senantiasa menuntut kualitas sumber daya manusia yang
tinggi. Mengantisipasi hal itu, pemerintah selalu berupaya meningkatkan kualitas
pendidikan baik pada tingkat dasar/menengah maupun tingkat perguruan tinggi.
Mengetahui berkualitas tidaknya suatu pembelajaran tentu harus melalui tahap
evaluasi.

1
Evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMP dapat berlangsung
pada setiap pertemuan, setiap selesai pokok bahasan, dan bahkan beberapa pokok
bahasan yang telah disajikan. Pemberian evaluasi terhadap siswa tentu diharapkan
dapat bermakna positif terhadap perkembangan pendidikan bagi peserta didik.
Dihindari menjadi beban yang tidak ber\arti terhadap siswa. Sebagai contoh, seorang
guru sangat rajin memberikan evaluasi ulangan harian, namun kenyataannya tidak
pernah diperiksa dengan baik. Begitu pula tidak ada usaha seorang guru untuk
mengembalikan hasil pekerjaan siswa tersebut. Hal seperti ini merupakan perilaku
guru yang selalu hanya mencari jalan pintas dalam pembelajaran. Padahal hasil
evaluasi yang diperoleh siswa merupakan umpan balik sekaligus menjadi acuan
terhadap siswa sebagai pembelajaran.
Peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu di
antaranya adalah faktor motivasi yang harus dimiliki oleh siswa merupakan hal yang
sangat penting untuk digali dan dikembangkan oleh guru. Sebelum guru menyajikan
materi pelajaran di kelas, maka terlebih dahulu guru harus membangun motivasi
siswa. Terbentuknya motivasi siswa, sangat memudahkan memahami materi
pelajaran yang telah diperoleh dari gurunya. Terciptanya pembelajaran seperti ini
merupakan dambaan setiap guru sehingga pada akhirnya prestasi siswa dapat lebih
meningkat.




2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan adalah apakah
pemberian evaluasi ulangan harian dapat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
belajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa tingkat SMP di Kabupaten
Maros?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu dapat mendeskripsikan pengaruh pemberian
evaluasi ulangan harian terhadap peningkatan motivasi belajar mata pelajaran bahasa
Indonesia pada siswa tingkat SMP di Kabupaten Maros.

2. Kajian Literatur
2.1 Pengertian Tes
Setiap suatu kegiatan yang telah berlangsung pada akhirnya kita akan
mengetahui hasilnya. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, perlu pula
diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dalam evaluasi kita dapat mengetahui
apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui
evaluasi dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang
telah diajarkan, sehingga kita dapat mengambil suatu kesimpulan tentang hal tersebut,
serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.
Sehubungan dengan kenyataan di atas Nasrun Harapan, dkk (dalam Ahmadi
dan Supriono (1989: hal. 188)) mengatakan bahwa: “Tes adalah kegiatan yang
dilakukan berkenaan dengan situasi aspek lain sehingga suatu gambaran yang

3
menyeluruh yang dapat dipandang dari berbagai segi dan dengan situasi yang
lampau”.
Selanjutnya pendapat lain dikemukakan bahwa:

“Tes adalah suatu proses yang sistematis dan berusaha untuk mengetahui
tingkat pencapaian siswa atas tujuan pengajar yang telah ditetapkan dan
sekaligus memberikan gambaran tentang efektifitas pengajaran oleh guru
yang bersangkutan” (Nurkancana dan Sumartana, 1986: h. 25)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tes merupakan suatu kegiatan atau
proses penentuan nilai terhadap proses belajar mengajar. Tes dapat dijadikan sebagai
alat ukur untuk memberikan petunjuk sampai seberapa jauh pengajaran yang telah
dilakukan telah tercapai.
2.2 Tes Ulang Harian
2.2.1 Pengertian Tes Ulang Harian
Dalam kegiatan belajar mengajar, belajar yang ditunjukkan oleh perubahan
tingkah laku diketahui dengan menggunakan alat ukur berupa tes. Pemberian tes
merupakan rangkaian kegiatan belajar mengajar. Pengukuran sebagai bagian integral
dalam pengajaran harus selalu ada sejak pengajaran dimulai sampai selesai. Sejalan
dengan uraian tersebut Nurkancana dan Sumartana (1986: h. 25) mengemukakan:
“Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh siswa lainnya”
(Arikunto, 1993:29).

Pada dasarnya pengukuran hasil belajar berfungsi untuk melakukan seleksi
terhadap kecakapan, pengelompokan status individu dan prediksi atas perkembangan

4
anak. Sesuai dengan prinsip pengukuran maka sarana atau alat yang mudah
digunakan serta sudah jelas penafsirannya adalah tes.
Menurut Webster Collegiate dalam Arikunto mengatakan bahwa:
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat dan
keterampilan yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunlto,
1993:29).

Hal yang sama dikemukakan pula oleh Rusli bahwa: “Tes adalah seperangkat
butir pertanyaan yang dibuat untuk diberikan kepada siswa dengan syarat tertentu dan
prosedur yang sistematis untuk mengobservasi tingkah laku”. (Rusli, 1989: h. 4).
Tes ulangan harian dalam penelitian ini merupakan tes yang dilaksanakan
setiap selesai dua unit/bab materi pelajaran. Tes ulangan harian diberikan untuk
memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dan
untuk memberikan balikan bagi penyempurnaan proses belajar mengajar serta untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan sehingga hasil belajar
mengajar menjadi lebih baik.
Tes ulangan harian pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memonitor
kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung dalam dua pokok bahasan.
Bila masih ada materi pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa maka guru dapat
mengetahui di mana letaknya kemudian mengambil langkah-langkah untuk perbaikan
materi pelajaran yang disajikan. Dalam hal ini pemberian tes ditekankan pada
pengukuran penguasaan bahan yang direncanakan.



5
2.2.2 Tujuan Tes Ulangan Harian
Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentunya ada tujuan yang ingin dicapai,
begitu pula halnya dalam pelaksanaan tes ulangan harian. Adapun tujuan tes menurut
Arikunto adalah sebagai berikut: (1) untuk memonitor kemajuan siswa selama
pembelajaran berlangsung dalam suatu program, (2) untuk mendapatkan umpan balik
bagi siswa atau guru-guru guna perbaikan proses belajar mengajar, (3) untuk
menentukan apakah tujuan pengajaran yang telah ditetapkan telah tercapai oleh siswa,
(4) untuk mengetahui guna dan daya guna kesempatan belajar yang diberikan dan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, (5) untuk mengetahui manfaat dan
sumbangan hasil belajar yang telah ditetapkan, dan (6) sebagai umpan balik guru
untuk perbaikan proses belajar mengajar berikutnya (Arikunto, 1993: h. 10).
2.2.3 Jenis-jenis Tes
Alat ukur hasil belajar memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar. Ia dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan
pembelajaran, mempengaruhi siswa secara langsung dan memberikan batasan
sehubungan dengan efektivitas pengajaran. Oleh sebab itu, alat ukur harus disusun
sedemikian rupa sehingga mampu memberikan informasi yang akurat. Selanjutnya,
Arikunto (1993, h. 10) mengemukakan agar alat ukur pendidikan dapat melakukan
fungsinya secara efektif maka harus memenuhi syarat yaitu: valid, reliable, objektif,
praktis dan ekonomis.
Dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, pada umumnya guru menggunakan
tes sebagai alat ukurnya. Pada pokoknya tes dibagi atas dua golongan besar. Pertama,

6
tes yang mengukur penampilan yang maksimal (maximum performance). Tes
inteligensi, tes kemampuan dan tes kecakapan mengukur “maximum performance”
sebab peserta tes diharuskan mendapatkan skor maksimum. Jadi, apa yang betul dan
salah. Kedua, tes “typical performance” mengukur kebiasaan-kebiasaan peserta tes,
misalnya tes sikap dan tes motivasi. Pada penelitian ini hanya digunakan tes ulangan
harian sebagai “maximum performance” sedangkan motivasi belajar dilihat dari hasil
yang diperoleh dari tes tersebut.
Arikunto (1993: h. 48) menyatakan bahwa ditinjau dari penyusunannya tes
dibedakan atas tes buatan guru dan tes standar. Menurut tujuannya tes dibedakan atas
tes mental, tes keberhasilan dan tes diagnostik.
Schwart dan Tiedemen dalam Manrihu M. Tayeb (1978) menyatakan bahwa:
“Tes buatan guru tinggi nilainya karena dapat menilai kemajuan siswa dalam
hubungannya dengan kegiatan-kegiatan khusus, meningkatkan motivasi para
siswa, memungkinkan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa,
menyediakan informasi untuk keperluan laporan dan memungkinkan umpan
balik yang cepat” (Manribu M. Tayeb, 1978:25)

2.2.4 Manfaat Tes Ulangan Harian
Tes ulangan harian mempunyai manfaat baik bagi siswa, guru maupun
program itu sendiri.
a. Manfaat bagi siswa adalah: (1) untuk mengetahui apakah siswa sudah
menguasai bahan program secara menyeluruh, (2) Merupakan penguatan
(reinforcement) bagi siswa, dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan
sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan

7
pengetahuan yang sudah benar. Dengan demikian, pengetahuan merupakan
tanda keberhasilan dan akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar, (3)
usaha perbaikan, dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah
melakukan tes siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan
teliti siswa mengetahui bab demi bab dari materi pelajaran yang belum
dikuasainya, sehingga akan ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan,
dan 4) sebagai diagnosa, bahwa pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa
merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan atau konsep. Dengan
mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian
mana dari pokok bahasan pelajaran yang masih dirasakan sulit.
b. Manfaat bagi guru adalah: (1) mengetahui sampai sejauh mana bahan yang
diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula
apakah guru itu harus mengganti cara (strategi) mengajar atau tetap
menggunakan strategi yang lama, (2) mengetahui bagian-bagian mana dari
bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum
dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi pelajaran yang lain maka
bagian itu harus diterapkan lagi atau memerlukan cara atau media lain untuk
memperjelas, dan (3) dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program
yang akan diberikan.
c. Manfaat bagi program
Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil, dari hasil tersebut dapat
diketahui: 1) apakah program yang telah diberikan merupakan program yang

8
tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak, (2) apakah program tersebut
membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum
diperhitungkan, (3) apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai, dan (4) apakah metode, pendekatan
dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
2.3 Motivasi Belajar
Motivasi adalah dorongan dari dalam yang digambarkan sebagai harapan,
keinginan, dan sebagainya yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu.
Motivasi bukanlah tingkah laku tetapi kondisi internal yang kompleks yang tidak
dapat diamati secara langsung, tetapi mempengaruhi tingkah laku. Berikut ini akan
diberikan beberapa pendapat para ahli tentang motivasi.
Mc. Donald (dalam Sardiman, 1996: h. 72 ) mengatakan bahwa:
“Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.

Dari pengertian di atas, maka pada dasarnya motivasi itu sangat kompleks
karena dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada dalam diri
manusia, yang nantinya akan bergayut dengan persoalan kejiwaan, perasaan, dan
emosi. Motivasi selalu terkait kebutuhan, respons individu terhadap kebutuhan akan
menghasilkan suatu tingkah laku sebagai upaya untuk memenuhinya.
Pemahaman akan arti motivasi belajar dapat dilakukan dengan mengkaji
secara terpisah antara pengertian motivasi dan belajar. Menurut Mc. Donald dalam
Sardiman (1986: h. 73), “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang

9
yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
tujuan”.
Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Abdullah “Motivasi adalah suatu
kecenderungan di dalam diri individu untuk bertindak mencapai tujuan yang kongkrit
guna memenuhi kebutuhannya”.
Menurut Mappa (1977, h. 23), “Motivasi berasal dari
kata lain yaitu “Movere” yang artinya menggerakkan atau sesuatu yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu”. Pengertian tentang motivasi juga dikemukakan oleh
Lester D. Crow dan Alice Crow (dalam Ahad Daund): “Motivasi adalah sesuatu yang
mengatur tingkah laku seseorang, baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun
yang disebabkan oleh rangsangan dari luar, sebagai usaha untuk mendapatkan apa
yang diinginkan”.
Motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat
disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Motivasi adalah
keadaan dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu kegiatan
baik yang berasal dari dalam diri maupun yang disebabkan oleh rangsangan dari luar
sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Konsepsi mengenai belajar telah banyak dikemukakan oleh ahli psikologis. Di
antaranya adalah Cronbach dan Harold Spears dalam Suryabrata menyatakan bahwa:
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam
mengalami itu siswa mempergunakan panca inderanya sehingga membawa
suatu perubahan yang menghasilkan suatu kecakapan baru, yang disertai
dengan usaha yang disengaja” (Suryabrata, 1990:247).



10
Seiring dengan pernyataan tersebut W.S. Winkel mengemukakan bahwa:
“Belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
sikap”(Winkel, 1983:36).

Belajar pada dasarnya adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil aktivitas
belajar menimbulkan perubahan dalam diri individu. Dengan demikian, belajar
dikatakan berhasil bila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya, bila tidak
terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, disimpulkan
motivasi belajar adalah keseluruhan atau sesuatu yang mendorong siswa untuk
melakukan aktivitas belajar, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang
disebabkan oleh rangsangan dari luar sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
Namun motivasi itu tidak mandiri timbul dari dalam diri tiap individu tanpa
adanya campur tangan faktor luar dalam diri individu, melainkan sifat motivasi itu
berdiri sendiri. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan motivasi dalam kaitannya
dengan bahasa Indonesia adalah kekuatan yang timbul, baik dalam diri siswa maupun
di luar dirinya, yang mendorong dirinya sehingga dengan kemauan dan kesadarannya
sendiri mau belajar bahasa Indonesia atau mau melihat dirinya dalam proses belajar
bahasa Indonesia.
Motivasi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah motivasi yang timbul dari
dalam diri siswa yang dalam bahasa psikologis disebut dengan motivasi intrinsik dan

11
motivasi yang timbul karena faktor dari luar dirinya yang disebut dengan motivasi
ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, motivasi intrinsik juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu
dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.
Motivasi intrinsik ini meliputi hasrat untuk belajar, senang belajar, dan tidak
cepat putus asa. Jadi, motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan
secara esensial, bukan sekedar simbol-simbol dan seremonial.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar dirinya yang meliputi: (1) pemberian nilai, (2)
pemberian hadiah, (3) persaingan atau kompetisi, (4) pemberian pujian, dan (5)
pemberian hukuman. Lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Pemberian nilai atau penilaian dalam hal ini adalah sebagai simbol-simbol
dari kegiatan belajarnya. Anak didik akan merasa puas apabila mengetahui hasil
belajarnya. Secara psikologis hal ini akan menimbulkan motivasinya untuk belajar.
Apabila ia memperoleh nilai yang kurang baik, kekurangan ini akan mendorong
untuk belajar lebih giat lagi. Begitu sebaliknya, apabila si anak memperoleh nilai
yang bagus atau baik, hal ini juga membantu anak didik, artinya si anak mengulangi
perbuatan itu, mendapatkan kepuasan (nilai baik). Atau sekurang-kurangnya si anak
akan berusaha mempertahankan apa yang telah diraihnya, agar tidak mengalami
penurunan.

12
Dengan nilai-nilai yang diperoleh anak mengetahui kekuatan dan
kelemahannya, sehingga dapat memuaskan perhatiannya kepada hal-hal yang lemah
untuk meningkatkan prestasinya, jadi pemberian nilai ini haruslah obyektif sehingga
dapat memberi petunjuk atau sinyal kepada siswa.
Pengetahuan akan kemajuan atau nilai yang telah dicapai pada umumnya
mempunyai pengaruh positif untuk usaha selanjutnya, karena anak sudah mempunyai
standar kemampuan pelajarannya, yaitu berupa nilai yang telah dicapai sebelumnya.
Pemberian hadiah dapat menumbuhkan motivasi kepada si anak untuk semakin
giat belajar. Hal ini berimplikasi positif, karena si anak tersebut semakin memotivasi
dirinya untuk mempertahankan apa yang telah dicapainya atau menggapai impiannya
yang belum sempat tercapai pada saat ini. Karakter setiap anak itu berbeda, oleh karena
itu kadangkala seorang anak semakin memacu atau terpacu semangat belajarnya karena
mengharapkan mendapat hadiah yang telah dijanjikan kepadanya.
Anak didik yang aktif selalu mempunyai keinginan untuk menjadi yang “terbaik”
di antara sesama temannya. Rasa ini adalah benih kompetensi yang positif dalam proses
belajar yang akan semakin bertambah apabila didesain sedemikian rupa oleh guru dalam
proses belajar mengajarnya, misalnya dengan membentuk kelompok belajar di antara
mereka, sehingga di antara kelompok-kelompok tersebut saling bersaing untuk menjadi
yang terbaik dalam perolehan nilai hasil belajar kelompoknya. Namun, persaingan dapat
pula dilakukan secara perseorangan. Dengan demikian, persaingan atau kompetisi
dalam belajar adalah juga merupakan salah satu aspek yang dapat memotivasi siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

13
Keinginan setiap manusia pada umumnya adalah adanya penghargaan atas
usaha atau hasil yang telah diperolehnya. Hal yang sama selaku juga dalam proses
belajar siswa. Apabila ada siswa yang sukses, yang berhasil menyelesaikan tugasnya
dengan baik, maka siswa tersebut perlu diberi pujian baik oleh gurunya maupun oleh
orang tuanya, agar si anak semakin bergairah untuk belajar. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement atau bantuan yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
Oleh karena itu, supaya pujian itu merupakan motivasi, maka penerimaannya harus
tepat. Karena dengan pujian yang tepat dalam menumbuhkan suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi gairah untuk belajar serta sekaligus akan
membangkitkan kepercayaan diri.
Hukuman walaupun bersifat negatif, tetapi dapat memotivasi siswa untuk
melakukan aktivitas belajar. Sebahagian siswa mau belajar atau meningkatkan
prestasi belajarnya karena takut mendapat hukuman baik dari gurunya, maupun dari
orang tuanya. Karena hukuman sebagai reinforcement yang negatif, maka
pemberiannya harus tepat dan bijak, agar tujuan awal pemberian hadiah yaitu sebagai
pemicu belajar dapat tercapai.

3. Metode Penelitian
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang berlokasi di SMPN
I Mandai Kabupaten Maros. Tempat ini dapat mewakili SMP lainnya di Kabupaten

14
Maros. Hal ini disebabkan letaknya sangat strategis, merupakan sekolah unggulan,
dan bertipe A.
3.2 Variabel dan Desain Penelitian
Penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (pelaksanaan evaluasi
ulangan harian) dan variabel terikat (motivasi belajar bahasa Indonesia). Desain
penelitian yang digunakan adalah “Randomized Control Group Design” yang
digambarkan sebagai berikut:
Kelompok Treatment Observasi
E T O1
K - O2

Keterangan:
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
T = Perlakuan
O1 = Observasi setelah diberikan perlakuan pada eksperimen
O2 = Observasi pada kelompok kontrol

3.3 Hipotesis Penelitian
Pemberian evaluasi ulangan harian dapat mempengaruhi peningkatan motivasi
belajar Indonesia siswa tingkat SMP di Kabupaten Maros.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini yaitu seluruh sekolah SMP di Kabupaten Maros.
Setelah dipertimbangkan beberapa hal, maka ditetapkan SMPN I Mandai Kabupaten
Maros ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu tepatnya di kelas IIA
yang jumlah siswanya 45 orang (kelas eksperimen) dan kelas IIB yang berjumlah 45
orang (kelas kontrol).


15
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan yaitu memberikan evaluasi ulangan harian pada kelas
IIA sebagai kelas eksperimen yaitu mengerjakan beberapa nomor soal pilihan ganda.
Kelas IIB sebagai kelas kontrol tidak diberikan evaluasi ulangan harian. Setelah itu
diperhatikan nilai semester kedua kelas tersebut. Di samping itu, akan diberikan
beberapa angket dan pengamatan khusus untuk mengetahui motivasi siswa.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial. Analisis inferensial ini bertujuan untuk menguji
kebenaran dugaan. Uji yang digunakan adalah uji perbedaan dan rata-rata dengan
hipotesis sepihak, yaitu:
Ho = M1 ≤ M2
Hi = M1 ≥ M2
Statistik yang digunakan adalah uji t dengan derajat kebenaran n1 + n2 – 2
dengan taraf kepercayaan α = 0,05 atau α = 95%.
Rumus:
thit =
s
1
21
n
1 -
n
1
y - y
s2 =
2 - n n
1)s - (n 1)s - (n
21
2
21
2
11
+
+
Keterangan:
y1 = Rata-rata nilai kelompok eksperimen
y2 = Rata-rata nilai kelompok kontrol
s2 = Varian gabungan kedua kelompok
n1 = Jumlah sampel eksperimen

16
n2 = Jumlah sampel kontrol
s1
2
= varians sampel kelompok eksperimen
s2
2
= varians sampel kelompok kontrol


4. Hasil Penelitian dan Bahasan
4.1 Penyajian Hasil Analisis Data
4.1.1 Uji Normalitas
Dalam uraian normalitas ini, ada dua data yang diuji normalitas data prestasi
belajar siswa kelompok kontrol dan data prestasi belajar siswa kelompok eksperimen.
1. Uji normalitas data prestasi belajar siswa kelompok kontrol

Tabel 4.1 Pengujian normalitas data kelompok kontrol

Interval
Kelas
Batas
Kelas (X)
Σ untuk
Batas Kelas
Luas Tiap
Kelas Interval Ei Oi
6,00-6,50 5,995 -2,03 0,0482 2,17 3
6,51-7,01 6,505 -1,48 0,1068 4,81 8
7,02-7,52 7,015 -0,93 0,1795 8.08 8
7,53-8,03 7,525 -0,37 0,2157 9,71 5
8,04-8,54 8,035 0,18 0,1990 8,96 12
8,55-9,05 8,545 0,74 0,1311 5,90 4
9,06-9,56 9,055 1,27 0,0656 2,95 5
Sumber : Hasil analisis data, 2005.
X = 7,867S = 0,921
2
hX = ∑=
K
1 i i
2
ii
E
)E - (O
= ++++
9,71
9,71) - (5
8,08
8,08) - (8
4,18
4,18) - (8
2,17
2,17) - (3 2222


2,95
2,95) - (5
5,90
5,90) - (4
8,96
8,96) - (12 222
++
= 7,791
dk = 4
2
(4) 0,95X = 9,49


17
Oleh karena > , maka data tersebut berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
2
(4) 0,95X 2
hX
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka-angka sebagai berikut: X =
7,867 dan s = 0,92. Dari hasil perhitungan juga diperoleh harga 2
X =
7,791 dan dari daftar distribusi frekuensi, banyaknya kelas K = 7,
dengan demikian derajat kebebasan dk = k – 3 = 4 dan derajat
kepercayaan α = 95% maka nilai = 9,49. Oleh karena >
maka jelas bahwa data prestasi belajar siswa berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
2
tX 2
tX 2
X,

2. Uji normalitas data prestasi belajar siswa kelompok eksperimen

Tabel 4.2 Pengujian normalitas data kelompok eksperimen

Interval
Kelas
Batas
Kelas (X)
Σ untuk
Batas Kelas
Luas Tiap
Kelas Interval Ei Oi
6,00-6,60 5,995 -3,16 0,0076 0,342 1
6,61-7,21 6,605 -2,39 0,0442 1,989 2
7,22-7,82 7,215 -1,62 0,1423 6,404 4
7,83-8,43 7,825 -0,86 0,2692 12,114 11
8,44-9,04 8,435 -0,09 0,2877 12,947 16
9,05-9,65 9,045 0,68 0,1747 7,862 8
9,66-10,26 9,655 1,45 0,0599 2,696 3
Sumber : Hasil analisis data, 2005.

X = 8,506 = 0,795
2
hX = ∑=
K
1 i i
2
ii
E
)E - (O

= ++++
12,114
12,114) - (11
6,404
6,404) - (4
1,989
1,989) - (2
0,342
0,342) - (1 2222


18

2,698
2,696) - (3
7,862
7,862) - (8
12,947
12,947) - (16 222
++
= 3,03
dk = 4
2
(4) 0,95X = 9,49

Oleh karena > , maka data tersebut berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
2
(4) 0,95X 2
hX
Dari hasil perhitungan, diperoleh angka-angka sebagai
berikut: X = 8,506 dan s = 0,795. Dari hasil perhitungan juga
diperoleh harga 2
X = 3,026 dan dari daftar distribusi frekuensi,
banyaknya kelas k = 7, dengan demikian derajat kebebasan
dk = k – 3 = 4 dan derajat kepercayaan α = 95% maka nilai
= 9,49. Oleh karena > , maka jelas bahwa data prestasi
belajar siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2
tX 2
tX 2
X

4.1.2 Uji Hipotesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk hipotesis dalam penelitian
ini digunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan sepihak, yaitu uji pihak kanan.
Pasangan yang akan diuji adalah rata-rata prestasi belajar siswa kelompok kontrol dan
rata-rata prestasi belajar siswa kelompok eksperimen. Sebagaimana perhitungan
berikut:



19
H0 : μ1 ≤ H2
H1 : μ1 > H2


1. Kelompok Ekperimen : n1 = 45
S1
2
= 0,632
X1 = 8,506
2. Kelompok Kontrol : n2 = 45
S2
2
= 0,849
X2 = 7,867
3. S2
total

=
2 - n n
1).S - (n 1).S - (n
21
2
2
2
11
+
+
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas ke dalam rumus, diperoleh:
S2
total = 0,741
Stotal

= 0,861
4. thit =
21
total
21
n
1
n
1s
X - X
+

Dengan memasukkan nilai-nilai di atas ke dalam rumus, diperoleh:
thitung = 3,51
dk = n1 + n2 – 2 = 88, dengan α = 0,05, maka
5. ttabel = 1,66
Oleh karena thitung > ttabel, maka hipotesis diterima.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka untuk kelompok
kontrol diperoleh harga-harga n = 45; S2
= 0,849 dan X = 7,867,
sedangkan untuk kelompok eksperimen diperoleh harga-harga n = 45;
S2
= 0,632 dan X = 8,506. Sementara itu, nilai variasi gabungan
S2
= 0,741 atau standar deviasi s = 0,861. Dari hasil perhitungan, harga
thit = 3,51. Jika dk = n1 + n2 – 2 = 88, dengan α = 0,05, maka nilai t(dk.1 – α)
atau t(88 : 0,95)

= 1,66.
Oleh karena thitung > ttabel atau 3,51 > 1,66, berdasarkan kriteria
penelitian, yaitu terima hipotesis (H1) jika thitung > ttabel dan oleh karena

20
berdasarkan perhitungan, thitung > ttabel maka jelas bahwa hipotesis
penelitian diterima. Berdasarkan hipotesis penelitian dapat dikatakan
bahwa motivasi belajar bahasa Indonesia siswa yang sering mendapat
evaluasi lebih tinggi dari yang jarang atau kurang mendapat evaluasi
(ulangan harian).
4.2 Bahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan ternyata hipotesis penelitian
diterima. Hasil pengujian tersebut memberikan keterangan bahwa ternyata prestasi
bahasa Indonesia siswa akan lebih tinggi jika kepada siswa tersebut sering diberikan
evaluasi (ulangan) setiap selesai suatu pembahasan dalam kegiatan belajar mengajar
dibandingkan dengan mereka yang jarang mendapatkan evaluasi (ulangan harian).
Tingginya prestasi belajar bahasa Indonesia berkaitan erat dengan motivasi
yang ada dalam diri siswa tersebut. Motivasi ini lahir akibat seringnya dilaksanakan
evaluasi yang mendorong siswa untuk selalu belajar dan mempelajari hal-hal lain
yang berhubungan dengan pelajarannya. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang
erat sekali antara frekuensi pemberian evaluasi (ulangan) harian dengan prestasi
belajar bagi siswa sementara kedua hal ini (frekuensi pemberian evaluasi dan prestasi
belajar) berhubungan erat dengan motivasi belajar siswa tersebut.
Motivasi belajar siswa adalah suatu dorongan yang bisa dipengaruhi oleh
faktor internal maupun faktor eksternal. Frekuensi pemberian evaluasi (ulangan)
harian adalah salah satu faktor eksternal. Faktor eksternal ini mampu memotivasi

21
siswa untuk berusaha maksimal dalam belajar dan hal ini tentunya bermuara pada
prestasi belajar siswa yang bersangkutan.

5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan yaitu: (1) Pemberian evaluasi
ulangan harian dapat mempengaruhi peningkatan motivasi belajar bahasa Indonesia
siswa tingkat SMP di Kabupaten Maros. Hal ini dapat dilihat prestasi pelajaran
bahasa Indonesia pada siswa kelas eksperimen terbukti lebih tinggi daripada prestasi
siswa kelas kontrol. Tingginya prestasi siswa berkorelasi positif dengan peningkatan
motivasi yang dimiliki, dan (2) Motivasi belajar siswa lahir akibat seringnya
diberikan evaluasi ulangan harian yang dapat mendorong siswa untuk rajin belajar
sehingga prestasinya dapat lebih baik dan meningkat.
5.2 Saran
Sesuai hasil penelitian, maka hal yang perlu disarankan yaitu: (1) Diharapkan
seluruh guru agar membiasakan memberikan evaluasi ulangan harian, setelah itu
diperiksa dengan baik, dan dikembalikan pekerjaan itu kepada siswa, dan (2)
Diharapkan agar sebelum guru menyajikan inti materi pelajaran, maka seyogyanya
terlebih dahulu memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa lebih antusias dan
agresif menerima materi pelajaran.



22
Pustaka Acuan

Abdullah, Ambo Enre. 1980. Pokok-pokok Layanan Bimbingan Belajar. Ujung
Pandang: FIP IKIP Ujung Pandang.

Ahad, Daund. 1985. Pengantar Evaluasi. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Ahmadi, Abu dan Supriono, Widodo. 1989. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.

Manrihu, M. Tayeb. 1978. Azas-azas Evaluasi Hasil Belajar. Ujungpandang:
Lembaga Tes dan Pengukuran IKIP Ujungpandang.

Mappa, Syamsu. 1977. Psikologi Pendidikan. Ujungpandang: FIP IKIP
Ujungpandang.

Nurkancana, Wayan dan Sumartana, P.P.N. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.

Rusli, Ratna Sajekti. 1989. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan. Jakarta: Proyek
Pengembangan dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Pedoman bagi Guru
dan Calon Guru). Jakarta: Rajawali.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan (Makalah
Penataran Penulisan Soal Tes Prestasi Belajar. Jakarta: Depdikbud.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.


23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar